Rasa itu, Rasa Cinta...
Asyik memilih-milih buah-buahan dipasar
tiba-tiba ada yang tangan yang menutup mataku, aku kaget ini siapa? Tapi tetap
saja dia tidak menjawab. Akupun berusaha membuka tangan itu tapi tak bisa, aku
bertanya lagi ini siapa? Terdengar jawaban tebak aja sendiri katanya. Maaf
jawabku aku sungguh tidak tahu, tolong ini siapa? Kemudia ia pun melepaskan
tangannya sembari membalikkan badanku. Aku kaget sekali didepanku berdiri
seorang akhwat yang sangat cantik dengan jilban kuningnya yang lebar dan
senyumnya yang manis.
Masih ingat ndak....? katanya.. aku
melihat wajahnya mematut-matut sambil berfikir ini siapa, wajahnya memang tidak
asing tapi namanya tetap saja aku tidak mengingatnya. Begitu aku masih asyik
berfikir dia pun berkata, saya ai kak.. masak lupa sih.
Lima tahun tidak bertemu nyaris membuat
diriku hampir melupakannya, memori lama dengan dirinya kembali membuatku larut
dalam lamunan, mengingat beberapa tahun lalu waktu itu dia masih sekolah di
sebuah sekolah menengah negeri atau smp.
Pertemuan kami berawal ketika setiap minggu aku mengisi acara khusus untuk
wanita atau forum annisa di sekolahnya, kebiasaanya setelah selesai acara dia
selalu menemui ku untuk bercerita sehingga membuat hubungan kami begitu akrab.
Namun sekarang dia sudah jauh berubah,
sekarang dia sudah kuliah tingkat dua, di sebuah universitas di luar daerah
sesuai dengan impiannya dulu. dia sudah tumbuh dewasa menjadi wanita yang
cantik dan manis dengan baju takwa yang dipakainya.
Kamipun beranjak pergi ke sebuah warung
bakso setelah selesai memilih buah-buahan. Kebiasaanya tetap tidak berubah dia
sangat suka bakso tanpa mie dan pakai bakso telur. Dia memesan minuman dan
kamipun mencari tempat duduk yang pas.
Kak rindu ndak sama ai katanya membuka
pembicaraan, aku kaget dengan pertanyaannya dan menjawab ala kadarnya rindu
dong jawabku, tapi kalau rindu kok ndak ingat siapa ai tadi katanya.. itu.. itu
karena ai sudah jauh berubah, dulu masih kecil sekarang sudah menjelma menjadi
akhwat yang cantik dan sholeha juga jawabku tanpa mau kalah.. ah.. kakak bisa
aja...
Pesanan kamipun datang,dengan ligat dia
mengambil sambal, kecap dan mulai menyantapnya, akupun ikut menyantap bakso
yang kami pesan. Kemudian aku berhenti sejenak dan melihatnya, merasa
diperhatikan dia pun berkata, kenapa kak ada yang aneh ya sama ai.. tidak ada
jawabku, kakak hanya ingat sesuatu tentang masa lalu, apa ai sudah bisa
melupakannya? Wajahnya berubah mungkin karena pertanyaanku yang tiba-tiba.
Namun tidak lama ia pun kembali menyantap baksonya. Dan berkata, apa menurut
kakak ai sudah melupakan dia atau belum? Kok balik bertanya sanggahku. Ya jawab
aja kak, kakak kan biasanya tahu apa yang ai pikirkan.
Ya ndak bisa gitu dong, masa kakak tahu
apa yang ai pikirkan, lagian kalau kakak ndak salah hitung nich, kita itu sudah
lima tahun tidak bertemu kan? Iya dech.. kalau gitu ai yang ceritain ya, tapi
kakak harus ingat tidak boleh dicertiain ya sama orang lain, kebiasaanya satu
lagi selalu dengan nada mengancam nya itu tidak berubah agar diriku tidak
menceritakannya sama orang lain. Ya jawabku lagian sama siapa kakak akan
ceritain, kakak juga takut kali kalau harus buka aib saudara sendiri, itukan
sama artinya makan daging saudara sendiri. Ih.. takut.
Ia pun tersenyum, senyumya manis sekali
membuat diriku tidak sadar kalau dia sekarang bukanlah anak abg lagi tapi sudah
jadi akhwat yang cantik. Ia pun menceritakan panjang lebar bagaimana ia
berhasil melupakan orang tersebut. Ia pun mengancungkan jempol dan berkata, kak
jurus yang kakak ajar kan itu sebenarnya sangat manjur, kalau waktu itu tidak
berhasil mungkin karena ai tidak serius dan tidak sepenuh hati melakukannya
makanya tidak bisa pergi dari pikiran ai,tapi sekarang tidak ada kak,dan Insya
Allah hanya ada cinta kepada Rabb dan Rasul saja kak sayang.
Aku ingat bagaimana dulu ia sering menahanku untuk tidak
cepat pulang setelah selesai acara forum annisa’ itu. Ia selalu mengajakku
duduk di musholla dan menceritakan sesuatu, seperti waktu itu ia tidak kuasa
menahan air matanya, ia sangat mencintai salah seorang laki-laki yang ada di
sekolahnya. Dia bertanya kak pernah jatuh cinta tidak, pernah jawab ku, sama
siapa katanya. Ada dech... emangnya kenapa ai sedang jatuh cinta ya.. aku
menggodanya... ia hanya dia diam tapi jelas terlihat perubahan di wajahnya
ketika aku menanyakan itu. Apakah mencintai seseorang itu salah ya kak, nggak
salah kenapa harus salah bukankah rasa cinta itu DIA yang mengasih kenapa kita
harus memungkirinya, itu adalah salah satu bentuk nikmat yang diberikanNYA
kepada kita sebagai hambaNYA. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang banyak dari
jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik quran surat
Ali ‘Imran ayat 14 jawabku.
Dia tertegun
setelah aku membacakan salah satu ayat dari al Quran itu, dan kembali bertanya, kak..kalau kakak mencintai seseorang itu karena
apanya? Apakah karena ia ganteng, kaya atau apanya, dia kembali bertanya, ya
karena sholehnya sich jawabku se pasnya saja. Entah karena merasakan hal yang
sama dengan jawabku ia malah tambah bersemangat, dan memperbaiki posisi
duduknya dan berkata ai juga mencintai orang itu karena sholehnya kak, ai sudah
berusaha melupakannya tapi tetap saja tidak bisa. Bukankah dalam islam itu
tidak boleh ya pacaran, kemaren kan kakak temanya pacaran no nikah yes.. akupun
menggodanya dengan pertanyaan, emangnya ai dah mau nikah ya.. ich.. kakak ai
kan masih kecil. Masak anak kecil udah mau nikah, ya ada lagi jawab ku, lihat
tu aisyah istri Nabi SAW ia menikah di usia terbilang kecil, jawabku. Tapi kan
ai bukan aisyah kak, dan dia itu bukan Nabi SAW rengeknya.
Iya..ya
maaf kakak kan cuma bercanda, masak begitu aja tersinggung sih, nanti cantiknya
hilang lo. Ya habisnya kakak gitu sih. Ya udah dilanjutin ya ceritanya gimana
seterusnya. Dia kembali memperbaiki duduknya. Gini kak, ai rasa cinta ai ini
memang salah kak, walaupun ai mencintai
dia itu karena sholehnya tapi tetap saja salah, karena .. karena apa kataku
penasaran. Karena ia itu adalah salah satu guru ai dan ia sudah berkuarga. Aku
kaget sekali denngan pernyataanya itu. Aku bingung harus berkata apa. Aku hanya
terdiam. Sedangkan ai memandangku dengan penuh harapan.
Lama
ia menatapku, berharap akan ada sebuah jalan penyelesaian yang aku berikan, selama
ini aku berfikir ia hanya mencintai teman sekalas atau teman satu sekolah nya
saja, tapi ini betul-betul diluar dugaanku. Ia mencintai salah satu gurunya.
Seperti yang dikatakannya sang gurupun sepertinya juga menyimpan perasaan yang
sama dengan dirinya. Dia sering berkata, bukan ai saja kak, guru itu juga
begitu walau ia tidak mengatakannya kepada ai tapi setiap bertemu rasanya
pandangannya sangat aneh dan ekpresi wajahnya juga berubah.
Dan
sebenarnya perasaan ini sudah lama ai rasakan, tapi ai tidak tahu harus cerita
sama siapa, ai takut tapi ai tidak bisa memungkirinya, ai benar-benar
mencintainya. Ai hanya bisa memendam perasaan ini. Hingga bertemu dengan kakak
dan ai beranikan diri untuk menceritakannya. Ai takut merusak rumah tangga
mereka, ai juga sudah berusaha untuk menghilangkan perasaan itu tapi tetap
tidak bisa. Tolong ya kak, bantu ai, bantu ai agar bisa melupakannya.
Akupun
berkata bahwa sebenarnya ada cinta karena nafsu dan ada cinta memang karena kehendakNYA
semata, di usia ai seperti ini sangatlah rentan sekali pujian dan perhatian,
pujian dan perhatian akan membuat kita merasa dicintai, sebagaimana layaknya
cinta seorang laki-laki terhadap perempuan apalagi yang melakukan hal itu
adalah orang yang kita anggap sholeh atau bagus agamanya, dengan sendirinya
akan muncul rasa itu hingga kita menganggap bahwa cinta itu benar-benar datang
dari Allah SWT. Padahal cinta sebenarnya adalah cinta kepadaNYA Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. Al quran surat
al-anfal ayat 2
Ia pun
tertunduk, aku pun melanjutkan kalimat ku yang terhenti karena
memperhatikannya. Maka janganlah kita mencampuradukkan kebenaran dengan
kebatilan hanya demi sang nafsu yang tak pernah kenyang. Tundukkanlah
pandangan terhadap lawan jenismu, agar kau bisa selamat. Karena pandangan itu
tak ubahnya seperti sebilah anak panah yang beracun, jika kau lepaskan ia dari
busurnya maka ia akan mengenai hatimu yang selanjutnya akan membinasakanmu
dengan racun tersebut. Ingatlah bahwa nafsu hanya bisa dikalahkan dengan rasa
takut kepada Allah, dengan mendekatkan diri kepadanya.
Kulihat ai semakin tertunduk dan kali ini
ditambah dengan air mata yang membasahi mukanya. Akupun memegang tangannya
dengan erat. Meski ia masih terbilang abg (anak baru gede) tapi aku yakin ia
sangat paham dengan apa yang aku ucapkan. Ai pun memelukku dan berkata, kak
doakan ai ya kak.. ai sadar ai salah… dan ai akan berusaha melupakannya. Ai
percaya cinta hakiki itu hanya kepadaNYA jika pun kelak ai harus mencintai
seseorang, ai harus mencintainya keranaNYA semata. Ai pikir ai memang masih
kecil dan belum saatnya rasa itu hadir sekarang, mungkin ini hanyalah cobaan
dan ai akan lakukan apa yang kakak pesankan buat ai. Ai yakin ai akan berubah,
dan ai akan menjadi wanita sholehah yang kakak harapkan dan orang tua ai
harapkan.
Bakso yang kami pesanpun habis, aku berdiri
menuju kasir dan membayar pesanan kami tadi. Kamipun berpisah dengan sebuah
pelukan tak lupa cupika cupiki, akupun menaiki kendaraanku dan pulang ke rumah.
Dirumah ada orang-orang yang aku cintai karena Allah InsyaAllah sedang menunggu
kepulanganku. Mereka cemas sudah hampir magrib tapi aku belum juga pulang.
0 komentar:
Posting Komentar